Waktu itu saya menulis skripsi. Senang rasa ini ketika menulisnya (sarkasme). Lebih senang lagi saat menyelesaikannya (jujur dari hati). Gak penting.
Saat saya menulis skripsi, di bagian ‘kata pengantar’ saya menulis sebuah kalimat yang isinya kurang lebih: "penulis menyadari bahwa tulisan ini memiliki banyak kekurangan, tapi berharap semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca". Intinya skripsinya gak sempurna, harap maklum.
Saya menulis ini karena kalimat ini ada di setiap skripsi orang-orang yang sudah lulus. Saya pun ingin lulus. Ini alasan saya menulisnya.
Tapi kalau dipikir-pikir, ini memang alamiah. Manusia banget. Kemampuan kognitif kita terbatas. Kita tidak pernah sempurna, maka apa yang lahir dari pikiran kita pun pasti jauh dari sempurna. Walaupun tampak benar dan akurat, kita tidak pernah bisa yakin 100 persen. Ini manusiawi, dan kalimat itu sangat pantas di selipkan di setiap karya ilmiah manusia.
Ini memang cara manusia. Cara dia berpikir, dan cara dia membahasakannya.
Kalau Tuhan, beda lagi. Perhatikan kata pengantar-Nya:
“Alif Laam Miim. Dzalikal kitaabulaa roibafiihi hudallilmuttaqiin.” [Al Baqarah 1-2]
artinya:
Alif Laam Miim. Kitab (al quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
Bukan manusia banget. Mustahil ditulis oleh manusia.
Kalau bahasa Inggrisnya: Emphatic!. Begitu yakin, begitu singkat, begitu tegas. "gak ada salah, gak ada ragu. Sempurna!"
Memang inilah isi dari Quran. Penuh kePedean, keyakinan, ketegasan. There’s nothing like it.
Maka rugi besar jika membaca hanya sampai Kata Pengantarnya saja.
Semoga bermanfaat.
Wallahualam.
Komentar
Posting Komentar