Kebiasaan kita, kalo abis merasa melakukan kesalah terhadap
orang lain, kita menjauhi orang itu. Kenapa? Karena gak enakan, merasa bersalah, takut
dia kesel ngeliat kita, takut dia marah.
Seringnya kita juga begini dengan Allah.
Setelah melakukan suatu perbuatan dosa atau keji, kita
merasa kotor dan tidak pantas untuk dekat dengan Allah, maka kita hindari
masjid, kita hindari quran, kita hindari temen-temen soleh. Lagi-lagi, bukan
karena kita tidak suka, tapi karena merasa gak enakan, kotor, tidak pantas.
Padahal Allah beda dengan manusia.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzolimi diri sendiri, mereka (segera) ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imron: 135)
Habis dosa, ingat Allah. DAN SEGERA. Lalu minta ampun. And
everything will be okay. Masalah beres? dosa diampuni?
Almost. Tinggal 1 hal lagi.
Banyak orang yang pinter, tapi pinternya nanggung. Karena
nanggung, dipake dengan licik, biar kelihatan keren. Diabolisme intelektual.
Contoh paling sederhananya ya statement-statement seperti ini:
“Gapapa dosa itu lagi. Entar kan bisa tobat lagi. Allah kan
Maha Pengampun”
Untuk mengcounter aomongan-omongan ini, maka ada syarat
terakhir untuk bisa oke lagi sama Allah dan dosanya benar-benar diampuni: “tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
You might be asking, itu kan ayatnya cuma ngejelasin
sifat atau kelompok orang, gak nybeutin bahwa orang-orang itu termasuk baik apa
gak. It’s just a long subject with no predicate.
Yes, now read the next ayat:
“Mereka itu balasannya ialah ampunan dari
Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” (Ali
Imron: 136)
Ga cuma ampunan, tapi juga surga.
Berita baik untuk para pendosa
Wallahualam
Komentar
Posting Komentar