Langsung ke konten utama

Cobaan Atau Azab




Petaka, musibah, kesulitan itu bisa berarti dua hal. Cobaan atau Azab. Begitu dalam pandangan Islam.
Kata Ust. Yusuf Mansur, ciri-ciri cobaan adalah masalah yang singkat. Ia datang dan pergi. Ia hadir untuk menguji kita. Cukup dihadapi dengan kesabaran, dan ia akan langsung berlalu, hilang sendiri. Dan level kita akan kemudian diangkat.

Ciri-ciri azab adalah ia berlangsung lama. Makin lama makin memburuk. Ia hadir sebagai hukuman atas dosa lalu kita. Dan hanya akan hilang setelah kita taubat. Bener-bener taubat.

Saat kita mendapatkan masalah, hal yang paling bijak untuk dilakukan adalah introspeksi. Review kelakuan kita beberapa bulan/tahun kebelakang. Cobaan atau azab?

Ust. Yusuf Mansur sering menyarankan untuk intensive jaga diri selama 40 hari sebelum buka bisnis. Taubat 40 hari, tahajud 40 hari, dhuha 40 hari, shalat di mesjid 40 hari. Ini keren.

Ini memang tidak menjamin kita langsung sukses, tapi membuat kita selalu tenang. Karena, pertama, insyaallah Allah akan ridho. Another thing is, kalaupun usaha kita gagal atau bermasalah, we know that insyaallah itu hanya cobaan, bukan azab karena kita sudah berupaya menjaga diri selama selama lebih dari sebulan ke belakang.  Dan, karena kesulitan ini insyaallah merupakan cobaan, maka kita 'hanya' harus sabar melaluinya, sebelum bisnis kita nantinya kemudian melaju.

Tentu ini tidak hanya berlaku untuk bisnis, tapi untuk semua hal. Sekolah, kerjaan, pernikahan.

Mau lebih keren lagi, praktekin lebih dari 40 hari: 5 bulan, 1 tahun, 10 tahun, forever!


Terus jalanin ibadah, jauhi dosa agar selalu tenang. Agar kala kesulitan tiba, dan ia PASTI akan tiba, kita bisa tetap tersenyum. Karena ia hadir untuk mengangkat derajat kita. Kita hanya harus sabar, sabar aja.

Semoga semoga.
Wallahualam.
Allah knows, we know not.

Komentar

  1. Assalamu 'alaikum wa rahmatullah. Terima kasih untuk artikelnya. Minta izin untuk menyimpannya. Jazakallahu khairan. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Tentang Shalat

Predikat sholeh atau alim sering kita berikan kepada orang-orang yang menjaga shalatnya. “Dia mah anaknya sholeh banget, shalat 5 waktunya gak pernah bolong”. Ada yang aneh kalau dipikir-pikir. Kita yang aneh, persepsi kita.                    Shalat 5 waktu = Muslim yang sholeh.  Padahal shalat itu kewajiban seorang Muslim. Shalat itu salah satu rukun Islam. Berarti tanpa shalat kita tidak ber-Islam dan bukan seorang Muslim. Yang berarti shalat 5 waktu membuat kita menjadi Muslim. Jadi persamaan ini rasanya lebih tepat:          Shalat 5 waktu = Muslim (aja, standar). Shalat 5 waktu itu sangat biasa, karena kita Muslim. Shalat inilah yang membedakan kita dengan agama yang lain. Kita puasa, agama lain pun puasa. Kita zakat, agama lain pun begitu. Shalat itu Islam dan hanya Islam. Its what makes us unique .  Sakin...

Belajar Menjadi, Dan Dari, Orang Tua

Bismillahirrahmanirrahiim Jika Allah mengizinkan, saya akan diamanahkan seorang anak beberapa hari lagi . I can’t really tell you how I am feeling - perasaannya mungkin terlalu campur aduk. Tapi saya bisa sedikit berbagi tentang hal-hal yang mulai ngumpul dikepala, dan yang paling utama adalah: “bagaimana caranya jadi orang tua yang baik?” Untuk menjawab pertanyaan ini saya sudah mulai baca-baca beberapa judul buku dan article tentang parenting. Tapi terus saya berpikir: “Ngapain saya capek-cape nyari buku tentang parenting, sedangkan contoh real, nyata, terbukti dan sangat terasa keberhasilannya ada di dalam hidup saya!” Meminjam istilah yg di pake Randy Pausch:  “I won the parent lottery” . Kalo takdir pembagian orang tua itu sebuah undian, maka saya dan adik2 saya lah pemenang utamanya. Kami telah dihadiahkan oleh Allah orang tua yang terbaik. (Namun, sedikit sekali kami bersyukur untuknya). Kenapa saya merasa beruntung? Well, let me tell you a tiny bit abo...

Renungan, After He's Gone

Its been over a month since my father passed away. We are still in mourning because we miss him. Mungkin nanti seiring berjalannya waktu, rasa shock, sedih dan kangen itu akan mulai perlahan hilang. But a part of me don’t want that feeling to go away. Pengen terus kangen. Sebenarnya saya pribadi sudah sering diam-diam mempersiapkan diri untuk merasakan rasa kehilangan ini. Setiap kali kami sekeluarga ngumpul, selalu ada lintasan pikiran yang bilang: suatu saat pasti personil berkurang satu. Pasti. It could even be me. But you just cant prepare yourself mentally for things like these. Apalagi semendadak ini. Sejak kejadian kemarin, yang sering kepikiran kebaikan-kebaikan almarhum, flashback adegan di mobil saat sakratul maut, mikirin apa yang dipikirkan oleh Ayamu di momen-momen terakhir, gimana almarhum di alam kubur. Semoga Allah shows love to him the way he loved us. Tentu ada hal lain juga yg muncul di pikiran seperti bagaimana saat saya nanti mengalami sakratu...