Bismillahirrahmanirrahiim
Jika Allah mengizinkan, saya akan diamanahkan seorang anak
beberapa hari lagi. I can’t really tell
you how I am feeling - perasaannya mungkin terlalu campur aduk. Tapi saya
bisa sedikit berbagi tentang hal-hal yang mulai ngumpul dikepala, dan yang
paling utama adalah: “bagaimana caranya jadi orang tua yang baik?”
Untuk menjawab pertanyaan ini saya sudah mulai baca-baca
beberapa judul buku dan article tentang parenting. Tapi terus saya berpikir: “Ngapain
saya capek-cape nyari buku tentang parenting, sedangkan contoh real, nyata, terbukti
dan sangat terasa keberhasilannya ada di dalam hidup saya!”
Meminjam istilah yg di pake Randy Pausch: “I won the parent lottery”. Kalo takdir
pembagian orang tua itu sebuah undian, maka saya dan adik2 saya lah pemenang
utamanya. Kami telah dihadiahkan oleh Allah orang tua yang terbaik. (Namun, sedikit sekali kami bersyukur untuknya).
Kenapa saya merasa beruntung? Well, let me tell you a tiny bit
about my parents.
Pertama ibu. Ibu itu
selalu ada. Bener-bener physically selalu ada untuk anak-anak nya. Saya
mungkin akan menyinggung perasaan para atau calon ibu-ibu karir, but I don’t really
care. Keyakinan dan prinsip ibu adalah: Anak yang pulang sekolah disambut oleh ibunya
dirumah dan anak yang pulang disambut rumah kosong, itu buat anak beda banget
rasanya, dan sangat mempengaruhi pertumbuhan psikologisnya. Alhamdulillah,
seinget saya, sewaktu kecil kapanpun saya butuh ibu, ibu selalu ada.
Perhatiannya, kepeduliannya, kasih sayangnya itu total buat anak-anaknya. Dan
itu sangat terasa.
Hal lain yang membuat saya terkesan dan sangat mempengaruhi
saya adalah bahwa ibu ngajar dengan memberi contoh. Ibu itu dhuha dan tahajudnya
setiap hari hampir gak pernah bolong. Begitu juga ngaji dan al-matsuratnya. Ini
semua kelihatan sama anak-anaknya bahkan sebelum dia nyuruh kita untuk
membiasakan ibadah-ibadah ini. Jadi waktu kita disuruh ya Alhamdulillah, tentu
dengan izin Allah, jadi gampang aja – anak anakya langsung ngerjain.
Subhanallah. Sekarang Alhamdulillah saya dan adik saya yang pertama, sebisa
mungkin kita ga pernah ninggalin dhuha dan tahajud. I don’t know about my two smallest
brothers, but I really hope they do too, karena ini selain sunnah Rasulullah Saw,
tapi juga kebiasaan ibu mereka yang gak pernah ditinggalkannya.
Ibu itu intra dan inter personal skillsnya bagus banget, Dia
sangat tau cara menempatkan diri di tempat2 tertentu. Dia bisa banget bikin
orang nyaman ngobrol sama dia. Termasuk dengan anak-anaknya. She knows when to
be strict and when to be friendly. Semoga semua ini bisa nurun ke saya dan
istri.
My dad. Well, he’s my example, but I don’t know if I can
make it. Saya selalu bilang: If I can be
just half as great as him, then I will be happy.
He’s a true family man. Keluarga nomor satu. Titik! Kerja,
temen, hobi, semua kalah sama keluarga. Gak ada ceritanya di keluarga kami ayah
pulang pas magrib. Maximal jam 5 udah dirumah. Sempet ada tawaran kerja
tambahan – uangnya gede, tapi waktu dan pikiran abis dipekerjaan – ga ada yang
bertahan sampe setengah tahun itu.
Selain itu yang keren adalah dia selalu menyimpan sisi
terbaiknya untuk keluarganya. Banyak orang-orang yang kalo sama rekan kerja itu
terlihat asyik, keren, perhatian, tapi kalo udah pulang ke keluarganya mukanya
capek, lesu, galak. My dad is the opposite. Saat sama temen-temen kerja dia
terlihat kaku and boring, tapi saat bersama anak-anaknya dia berubah total –
asyik, ketawa, becanda.
Dia orang paling sabar sedunia. Seinget saya, ga pernah
sekalipun dia meninggikan suaranya karena marah sama anak-anak atau istrinya. Gak
pernah. Never, not even once. Mudah-mudahan saya bisa seperti ini.
Dia juga contoh sikap ‘biasa aja’. He’s probably a genius.
Dia S3 di bidang material science. Orang lain dengan pencapaian dia mungkin
ngerasa pede dikit boleh lah. Tapi dia tetap mempertahankan rasa rendah hati, malu,
takut salah ngomong, bahkan ke tukang-tukang dekat rumah.
Sekali lagi, semoga saya dan istri, dan juga adik-adik saya
beserta istri-istrinya, bisa mengadopsi cara-cara Ibu dan Ayamu.
Seperti yang pernah saya tweetkan belum lama ini, “If I (and
my brothers) don’t become great parents, then we only have ourselves to blame,
coz we have the best example right here at home”.
Ya Rabb, balaslah kebaikan orangtuaku dengan Jannah untuk
mereka. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
Sangat menginspirasi. terimakasih bang, semoga Ayah selalu dalam lindungan Allah SWT.
BalasHapusah gw suka bgt tulisan ini
BalasHapus