Langsung ke konten utama

Cara Favorit Untuk Bersyukur



Saat kita dikasih banyak nikmat, banyak rezeki, kalau akal kita masih sehat dan hati kita belum kotor parah, biasanya ada dorongan dalam diri untuk menunjukkan rasa syukur kita.

Cara bersyukur memang banyak. Biasanya cara bersyukur yang alamiah dan instinctive adalah ngucapin “alhamdulillah”, berdoa mengucapkan terima kasih dan berbagi rezeki dengan orang lain.

Tapi ada satu lagi cara bersyukur yang banyak dilewatin orang-orang. Cara bersyukur ini diisyaratkan di Quran dan hadist. Yaitu shalat.

Lets check out surat terpendek di Al Quran yang pasti kita semua hafal, surat Al Kautsar:

Inna a’thoina kal kautsar: Sesungguhnya Kami telah beri kepadamu nikmat yang banyaaaaak.
Fassollili rabbika wanhar: Maka shalatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah
Inna syaani’akahu wal abtar: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.

Jadi, kalau kita diberi nikmat yang banyak, kata Allah “maka shalatlah”. Itu tindakan follow up dari nikmat besar di SOPnya seorang Muslim.

Shalatnya shalat apa? Wallahualam, tapi rasanya kurang mantep kalau bersyukur dengan shalat wajib 5 waktu, karena ya itu memang udah kewajiban. Itu kaya ngasih anak istri “hadiah” dengan makan nasi putih di pagi hari. (Read also: Sedikit Tentang Shalat Wajib)

Jadi, for me, saya menganggap shalat untuk syukur itu shalat Sunnah. Shalat yang tambahan, bukan yang wajib.

And then there’s this hadist. My favorite hadist. Bukti bahwa Rasul seneng shalat Sunnah untuk bersyukur.

Nabi SAW malam itu sedang shalat malam. Shalatnya begitu khyusyuk dan lama sampai membuat kedua telapak kaki beliau bengkak. Melihat hal itu, Siti Aisyah RA bertanya, "Mengapa kau melakukannya, ya, Rasulullah, padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang?"

Dan ini. The most beautiful response. Jawaban dari Nabi yang membuat orang-orang kaya kita, yang negrasa hebat udah shalat 5 waktu, jadi malu. Beneran malu.

Nabi menjawab: 

"Tidak bolehkah aku bila menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" (HR Bukhari)

Masyaallah.

Semoga rasa syukur kita bisa melahirkan shalat dhuha, tahajjud, qobliyah, ba’diyah yang cakep-cakep. Sedikit demi sedikit.

Wallahualam. Allah knows best.


Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Tentang Shalat

Predikat sholeh atau alim sering kita berikan kepada orang-orang yang menjaga shalatnya. “Dia mah anaknya sholeh banget, shalat 5 waktunya gak pernah bolong”. Ada yang aneh kalau dipikir-pikir. Kita yang aneh, persepsi kita.                    Shalat 5 waktu = Muslim yang sholeh.  Padahal shalat itu kewajiban seorang Muslim. Shalat itu salah satu rukun Islam. Berarti tanpa shalat kita tidak ber-Islam dan bukan seorang Muslim. Yang berarti shalat 5 waktu membuat kita menjadi Muslim. Jadi persamaan ini rasanya lebih tepat:          Shalat 5 waktu = Muslim (aja, standar). Shalat 5 waktu itu sangat biasa, karena kita Muslim. Shalat inilah yang membedakan kita dengan agama yang lain. Kita puasa, agama lain pun puasa. Kita zakat, agama lain pun begitu. Shalat itu Islam dan hanya Islam. Its what makes us unique .  Sakin...

Belajar Menjadi, Dan Dari, Orang Tua

Bismillahirrahmanirrahiim Jika Allah mengizinkan, saya akan diamanahkan seorang anak beberapa hari lagi . I can’t really tell you how I am feeling - perasaannya mungkin terlalu campur aduk. Tapi saya bisa sedikit berbagi tentang hal-hal yang mulai ngumpul dikepala, dan yang paling utama adalah: “bagaimana caranya jadi orang tua yang baik?” Untuk menjawab pertanyaan ini saya sudah mulai baca-baca beberapa judul buku dan article tentang parenting. Tapi terus saya berpikir: “Ngapain saya capek-cape nyari buku tentang parenting, sedangkan contoh real, nyata, terbukti dan sangat terasa keberhasilannya ada di dalam hidup saya!” Meminjam istilah yg di pake Randy Pausch:  “I won the parent lottery” . Kalo takdir pembagian orang tua itu sebuah undian, maka saya dan adik2 saya lah pemenang utamanya. Kami telah dihadiahkan oleh Allah orang tua yang terbaik. (Namun, sedikit sekali kami bersyukur untuknya). Kenapa saya merasa beruntung? Well, let me tell you a tiny bit abo...

Renungan, After He's Gone

Its been over a month since my father passed away. We are still in mourning because we miss him. Mungkin nanti seiring berjalannya waktu, rasa shock, sedih dan kangen itu akan mulai perlahan hilang. But a part of me don’t want that feeling to go away. Pengen terus kangen. Sebenarnya saya pribadi sudah sering diam-diam mempersiapkan diri untuk merasakan rasa kehilangan ini. Setiap kali kami sekeluarga ngumpul, selalu ada lintasan pikiran yang bilang: suatu saat pasti personil berkurang satu. Pasti. It could even be me. But you just cant prepare yourself mentally for things like these. Apalagi semendadak ini. Sejak kejadian kemarin, yang sering kepikiran kebaikan-kebaikan almarhum, flashback adegan di mobil saat sakratul maut, mikirin apa yang dipikirkan oleh Ayamu di momen-momen terakhir, gimana almarhum di alam kubur. Semoga Allah shows love to him the way he loved us. Tentu ada hal lain juga yg muncul di pikiran seperti bagaimana saat saya nanti mengalami sakratu...