Langsung ke konten utama

Menjinakkan Pikiran Liar Saat Shalat





Satu hal yang paling bikin kita susah khusyuk dalam shalat adalah pikiran yang kemana-mana. Ini fakta. Dan saya yakin semua orang mengalami.

Saat shalat, pikiran kita harusnya tertuju pada Allah dan Allah saja. Idealnya, kita pahami dan hayati setiap bacaan shalat. Tapi kalaupun gak bisa, minimal kita hadirkan pikiran dan perasaan yang menimbulkan rasa tunduk, takut dan kecil di hadapan Allah.

Itulah khusyuk. Kata khusyuk diartikan dengan tundukrendah hati, takluk, dan mendekat. Tunduk -baik hati maupun badan. Ini harusnya yang kita pikirkan dan rasakan saat shalat.
Sebenarnya, ini harusnya gak terlalu susah, karena di setiap perpindahan gerakan dalam shalat kita diingatkan dengan “AllahuAkbar”. Allah Maha Besar. Kita kecil, rendah, tunduk, takluk. Tapi kenyataannya?

Pikiran kita sering kemana-mana. Mikirin keluarga, utang, kerjaan, makanan, bola, tontonan, baju, mobil, tetangga, teman, masa lalu, masa sekarang, masa depan. Anything and everything.

Yang paling nyebelin buat saya adalah ide-ide paling hebat dan cemerlang suka muncul saat shalat. Kita seketika jadi kreatif. Jenius.  Bijak. Visioner. Parahnya, saat ide-ide ini muncul, kita pengen terus pikirin, kembangin. Mumpung lagi on-fire.

Ini menyebalkan. Dan terlalu sering ini terjadi.

Dalam usaha mengatasi ini, saya menemukan ketenangan pada satu ayat, Alhamdulillah. Ini ayatnya:
“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tau bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?” [Al Baqarah: 106]

Yes this ayat is not about me and my random thoughts in shalat, I know. Ayat ini tentang wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang menurut orang kafir tidak konsisten.

Ini jelas bukan tentang masalah shalat. But for me, its my remedy. Ini pengingat, sekaligus penenang.
Dulu saat ide cemerlang datang, saya terpaksa stop pikiran itu dengan berat hati. Agak sayang, karena jarang-jarang punya ide bagus atau mikirin sesuatu yang penting.

Tapi setelah renungin ayat ini, saya rela matiin ide cemerlang itu dengan tenang. Karena insyallah Allah mampu dan akan ganti dengan yang lebih cemerlang lagi. Bukankah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?

Selain itu, inilah bentuk dari khusyuk. Menundukkan pikiran liar kita, secemerlang apapun, sepenting apapun, untuk Allah yang Maha Segalanya. Menyerahkan pikiran kita sama Allah. Lalu fokus pada kebesaran Allah. Allahu Akbar.

Berserah badan, berserah pikiran. Biar Allah yang ngatur. Semoga Allah ridho.

Wallahua’lam.

Allah knows best.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Tentang Shalat

Predikat sholeh atau alim sering kita berikan kepada orang-orang yang menjaga shalatnya. “Dia mah anaknya sholeh banget, shalat 5 waktunya gak pernah bolong”. Ada yang aneh kalau dipikir-pikir. Kita yang aneh, persepsi kita.                    Shalat 5 waktu = Muslim yang sholeh.  Padahal shalat itu kewajiban seorang Muslim. Shalat itu salah satu rukun Islam. Berarti tanpa shalat kita tidak ber-Islam dan bukan seorang Muslim. Yang berarti shalat 5 waktu membuat kita menjadi Muslim. Jadi persamaan ini rasanya lebih tepat:          Shalat 5 waktu = Muslim (aja, standar). Shalat 5 waktu itu sangat biasa, karena kita Muslim. Shalat inilah yang membedakan kita dengan agama yang lain. Kita puasa, agama lain pun puasa. Kita zakat, agama lain pun begitu. Shalat itu Islam dan hanya Islam. Its what makes us unique .  Sakin...

Belajar Menjadi, Dan Dari, Orang Tua

Bismillahirrahmanirrahiim Jika Allah mengizinkan, saya akan diamanahkan seorang anak beberapa hari lagi . I can’t really tell you how I am feeling - perasaannya mungkin terlalu campur aduk. Tapi saya bisa sedikit berbagi tentang hal-hal yang mulai ngumpul dikepala, dan yang paling utama adalah: “bagaimana caranya jadi orang tua yang baik?” Untuk menjawab pertanyaan ini saya sudah mulai baca-baca beberapa judul buku dan article tentang parenting. Tapi terus saya berpikir: “Ngapain saya capek-cape nyari buku tentang parenting, sedangkan contoh real, nyata, terbukti dan sangat terasa keberhasilannya ada di dalam hidup saya!” Meminjam istilah yg di pake Randy Pausch:  “I won the parent lottery” . Kalo takdir pembagian orang tua itu sebuah undian, maka saya dan adik2 saya lah pemenang utamanya. Kami telah dihadiahkan oleh Allah orang tua yang terbaik. (Namun, sedikit sekali kami bersyukur untuknya). Kenapa saya merasa beruntung? Well, let me tell you a tiny bit abo...

Renungan, After He's Gone

Its been over a month since my father passed away. We are still in mourning because we miss him. Mungkin nanti seiring berjalannya waktu, rasa shock, sedih dan kangen itu akan mulai perlahan hilang. But a part of me don’t want that feeling to go away. Pengen terus kangen. Sebenarnya saya pribadi sudah sering diam-diam mempersiapkan diri untuk merasakan rasa kehilangan ini. Setiap kali kami sekeluarga ngumpul, selalu ada lintasan pikiran yang bilang: suatu saat pasti personil berkurang satu. Pasti. It could even be me. But you just cant prepare yourself mentally for things like these. Apalagi semendadak ini. Sejak kejadian kemarin, yang sering kepikiran kebaikan-kebaikan almarhum, flashback adegan di mobil saat sakratul maut, mikirin apa yang dipikirkan oleh Ayamu di momen-momen terakhir, gimana almarhum di alam kubur. Semoga Allah shows love to him the way he loved us. Tentu ada hal lain juga yg muncul di pikiran seperti bagaimana saat saya nanti mengalami sakratu...