Langsung ke konten utama

Postingan

Menjinakkan Pikiran Liar Saat Shalat

Satu hal yang paling bikin kita susah khusyuk dalam shalat adalah pikiran yang kemana-mana. Ini fakta. Dan saya yakin semua orang mengalami. Saat shalat, pikiran kita harusnya tertuju pada Allah dan Allah saja. Idealnya, kita pahami dan hayati setiap bacaan shalat. Tapi kalaupun gak bisa, minimal kita hadirkan pikiran dan perasaan yang menimbulkan rasa tunduk, takut dan kecil di hadapan Allah. Itulah khusyuk. Kata  khusyuk  diartikan dengan  tunduk ,  rendah hati, takluk, dan mendekat. Tunduk -baik hati maupun badan. Ini harusnya yang kita pikirkan dan rasakan saat shalat. Sebenarnya, ini harusnya gak terlalu susah, karena di setiap perpindahan gerakan dalam shalat kita diingatkan dengan “AllahuAkbar”. Allah Maha Besar. Kita kecil, rendah, tunduk, takluk. Tapi kenyataannya? Pikiran kita sering kemana-mana. Mikirin keluarga, utang, kerjaan, makanan, bola, tontonan, baju, mobil, tetangga, teman, masa lalu, masa sekarang, masa depan. Anything and everything. Ya
Postingan terbaru

Renung Ayat: Curhatnya Nabi Zakariya

Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. Quran surat Maryam (19): 4-5 ---------- Love this dua by Nabi Zakariya. Gak langsung minta, tapi curhat dulu. Allah emang sudah tau keadannya, tapi Nabi Zakariya tetep curhat aja. Jadinya lebih intim, gak sekedar transaksi. Enaknya ini abis solat. Jangan buru-buru bangun. Just sit there for a few minutes, and just chat. Walaupun cuma dalem hati. Insyaallah adem. Allah knows best.

Renung Ayat: Bicara Baik Ala Nabi Musa

Pergilah kamu berdua kepada Firaun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Qur'an surat Thaha (20): 44 ------- Note: Orang yang jahatin kita gak mungkin sejahat Firaun. Kitapun ga mungkin sebaik Nabi Musa. Kalau manusia terbener aja disuruh bicara dengan lemah lembut kepada manusia terjahat, apa hak kita yang gak bener-bener amat untuk ngomong kasar kepada dia yang jahatnya sebenarnya gak jahat-jahat amat? Chill. Allah knows best.

Pernah Khusyuk

Bagaimana caranya agar kita bisa khusyuk dalam ibadah? Wallahua’lam. Kalau ada rumus atau cara pasti agar bisa khusyuk, enak banget. But its not that easy. Apakah kita harus ahli limu agama agar bisa khusyuk? Apakah kita harus memahami setiap kata dalam dalam shalat agar bisa khusyuk dalam shalat? Gak juga. Walaupun itu akan sangat membantu. Khyusuk itu merendah, tunduk dan tenang serta merasakan kehadiran Allah sangat dekat. Banyak dari kita mungkin pernah, tanpa disengaja, merasakan khusyuknya shalat. Biasanya khusyuk itu dating di keadaan-keadaan ekstrem. Extreme fear, extreme sadness, extreme worry, extreme gratitude. Ada orang yang tanpa banyak memahami arti bacaan shalatnya bisa suatu saat menangis tersedu karena rasa takut yang luar biasa karena hati-hatinya tunduk dan tertuju hanya kepada Allah, satu-satunya yang Maha Penolong. Ada juga orang yang mungkin mendapatkan suatu anugerah “ajaib” dan nyaris impossible yang membantunya keluar dari sua

Cara Favorit Untuk Bersyukur

Saat kita dikasih banyak nikmat, banyak rezeki, kalau akal kita masih sehat dan hati kita belum kotor parah, biasanya ada dorongan dalam diri untuk menunjukkan rasa syukur kita. Cara bersyukur memang banyak. Biasanya cara bersyukur yang alamiah dan instinctive adalah ngucapin “alhamdulillah”, berdoa mengucapkan terima kasih dan berbagi rezeki dengan orang lain. Tapi ada satu lagi cara bersyukur yang banyak dilewatin orang-orang. Cara bersyukur ini diisyaratkan di Quran dan hadist. Yaitu shalat. Lets check out surat terpendek di Al Quran yang pasti kita semua hafal, surat Al Kautsar: Inna a’thoina kal kautsar: Sesungguhnya Kami telah beri kepadamu nikmat yang banyaaaaak. Fassollili rabbika wanhar: Maka shalatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah Inna syaani’akahu wal abtar: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. Jadi, kalau kita diberi nikmat yang banyak, kata Allah “maka shalatlah”. Itu tindakan follow up  dari nikmat besar

Renungan, After He's Gone

Its been over a month since my father passed away. We are still in mourning because we miss him. Mungkin nanti seiring berjalannya waktu, rasa shock, sedih dan kangen itu akan mulai perlahan hilang. But a part of me don’t want that feeling to go away. Pengen terus kangen. Sebenarnya saya pribadi sudah sering diam-diam mempersiapkan diri untuk merasakan rasa kehilangan ini. Setiap kali kami sekeluarga ngumpul, selalu ada lintasan pikiran yang bilang: suatu saat pasti personil berkurang satu. Pasti. It could even be me. But you just cant prepare yourself mentally for things like these. Apalagi semendadak ini. Sejak kejadian kemarin, yang sering kepikiran kebaikan-kebaikan almarhum, flashback adegan di mobil saat sakratul maut, mikirin apa yang dipikirkan oleh Ayamu di momen-momen terakhir, gimana almarhum di alam kubur. Semoga Allah shows love to him the way he loved us. Tentu ada hal lain juga yg muncul di pikiran seperti bagaimana saat saya nanti mengalami sakratu

Isi CV Kita di Akhirat

Humans are obsessed with results. Saat kita mau naik kelas atau lulus sekolah, yang dilihat adalah nilai kita. Saat kita mengikuti perlombaan, yang dinilai adalah hasil point kita. Begitu juga saat kita mau melamar pekerjaan, yang terpampang di CV kita adalah daftar raihan prestasi kita. Bagaimana cara dan usaha kita mendapatkan nilai dan prestasi itu? That’s not important. Orang gak mau tau jerih payah, jatuh bangun, perjuangan kita dalam melakukan sebuah usaha. Pokonya kalau gagal mendapatkan hasil yang baik, ya kita dianggap gagal. Kita kurang hebat. Ini memang alamiah.  Begitulah cara manusia menilai kehebatan seseorang. Kita menilai dari prestasi, dari hasil akhir yang bisa dilihat. Kalau Allah, sebaliknya. Yang dinilai adalah usaha kita. Hasilnya bagaimana? That’s not important. CV yang akan ditunjukkan di akhirat adalah CV yang disana terpampang semua usaha kita. Dari situ lah kehebatan kita dinilai. Banyak Nabi yang prestasi amalnya menyedihkan.